top of page
Search
  • bisham.id

Filosofi Bismillah


Berbagai tafsir Basmalah telah dilakukan oleh para ‘Ulama dengan berbagai pendekatan ilmu, namun akan selalu ada penemuan penemuan baru tafsir bismillah ini menurut perkembangan ilmu yang ada.

Huruf Bak yang terdapat dalam Basmalah ini yang paling masyhur adalah mengandung arti Ilshoq (pelekatan/Sticking), dalam penjelasannya sebagai bentuk ungkapan keterikatan yang tidak terpisah antara yang disebut dan yang menyebut.

Ada juga yang mengatakan bahwa Bak dalam Basmalah ini adalah “Lil Mushokhabah” yang dalam pengertian lebih mudah adalah mengandung arti Tabarruk, jika kita memakai bak yang dalam pengertian Mushokhabah ini, maka terjemah bismillah ini menjadi “Dengan mengharap berkah Asma Allah………….” (Lihat Tafsir Al Baydlowi cet Darul Fikri bairut pada halaman awwalny).

Penjelasan singkat diatas memberikan isyarat sebagai pendidikan agar kita selalu memulai sesuatu yang baik dengan terlebih dahulu menyebut AsmaNya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir dalam Tafsir yang terkenal dengan Tafsir Al Thobari. Kita terlebih dahulu melekatkan shifat sifat Allah dalam hati kita, artinya didalam hati kita selalu mengagungkan Allah dengan segala Wibawa dan penuh penghormatan.

Dengan Bak tersebut kita melekatkan dalam hati kita Bahaullah (Wibawa Allah/Keagungan Allah) sebagaimana yang dimaksud oleh pengarang Tafsir Attustari Syaikh Sahal bin Abdullah bin Yunus, seorang teolog dan Ulama Tasawuf di zamannya yang lahir tahun 263 h.

Selanjutnya Ismun yang tertulis dengan tidak menyertakan Alif didalamnya adalah sebuah kekhususan Basmalah tersendiri, disamping agar ada perbedaan antara Bak yang mengandung pengertian Qosam (Sumpah) dengan yang tersebut diatas, adalah juga dalam rangka membedakan antara Ismun lain yang selalu tertulis dengan alif pada sambungan kalimat di selain Bismillah. Maka dari itu untuk memberi tanda bahwa ismun didalam basmalah ini adalah juga ismun sebagaimana yang terdapat dalam kalimat lain dalam maknanya, Baknya ditulis memanjang keatas sebagai ganti alif yang tidak tertulis tadi.

Ulama ahli bahasa berbeda pendapat ada yang mengatakan سم itu Musytaq dari kalimat Sumwun سمو dan ada yang mengatakan dari kalimat Wasimun وسم walaupun ketika disinkronkan kedua kalimat tersebut bisa diartikan dengan ‘Aliyyun (Tinggi derajat) (Lihat selengkapnya dalam tafsir AL Baghowi dipermulaan halamannya).

Makna Lafzhul Jalalah ; ALLAH

Allah adalah nama yang diperuntukkan untuk sang Rabb alam semesta ini. Secara bahasa ia berasal dari kata Al-Ilah yang berarti sesembahan. Dan Allah Azza wa Jalla sendirilah yang menamai DzatNya dengan Allah. Sebagian ulama mengatakan ini adalah nama yang paling agung sebab inilah nama yang disifatkan dengan seluruh sifat kemahasempurnaan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Allah sendiri dalam Al Qur’an :

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ . هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ . هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Hasyr : 22-24)

Namun bagi ‘Ulama yang tidak mau direpotkan oleh definisi Bahasa, Kalimat Allah bukanlah Mustaq dari kalimat manapun ia merupakan Isim ‘Alam sebagaimana kalimat Zaydun, Paijo, Paimin yang dipakai nama oleh seseorang dan tidak terambil dari kalimat manapun kecuali dirinya sendiri, maka ketika ditanya apa artinya Paimin atau Paijo, jawabannya adalah tidak ada artinya.

Kalimat Allah (الله) adalah kalimat yang khusus dan tidak diperkenankan untuk menamai siapapun kecuali Allah sendiri.

Makna ‘Ar Rahman’ dan ‘Ar Rahim’

Secara bahasa, kedua kata ini merupakan bentukan kata dari Ar Rahmah (kasih sayang). Dari kata Ar Rahmah inilah kata Ar Rahman dan Ar Rahim dibentuk untuk menunjukkan bentuk kasih sayang yang sangat besar. Walaupun kata Ar Rahman memiliki makna kasih sayang yang lebih tinggi daripada Ar Rahim. Secara tersirat Ibn Jarir Ath Thabary menyebutkan kesepakatan para ulama dalam masalah ini.

Berikut ini beberapa nukilan perkataan para ulama yang menjelaskan perbedaan antara Ar Rahman dan Ar Rahim :

1. Ibn ‘Abbas mengatakan :

قال ابن عباس رضي الله عنهما: هما اسمان رقيقان أحدهما أرق من الآخر. واختلفوا فيهما منهم من قال: هما بمعنى واحد مثل ندمان ونديم ومعناهما ذو الرحمة وذكر أحدهما بعد الآخر

“Kedua nama ini adalah nama (yang menunjukkan) kelembutan, namun salah satunya lebih lembut dari yang lainnya –artinya lebih menunjukkan kasih sayang yang lebih besar-.” (Lihat Tafsir Al Baghowi Juz 1 hal 70)

2. Abu ‘Ali Al Farisy mengatakan : “Ar Rahman adalah nama yang mencakup segala bentuk rahmat yang hanya khusus dimiliki Allah Ta’ala, sedangkan Ar Rahim adalah (untuk menunjukkan) rahmat dari sisi kaum mu’minin.”

3. Ibn Jarir Ath Thabary meriwayatkan perkataan Al ‘Azramy yang menyatakan : “Ar Rahman adalah (menunjukkan kasih) yang ditujukan untuk semua makhluq, sedangkan Ar Rahim adalah khusus untuk orang-orang beriman.”

Nama ‘Ar Rahman’ Hanya Untuk Allah Dengan melihat cakupan Ar Rahman yang lebih luas, maka tidak mengherankan bila nama dan sifat ini hanya untuk Allah Ta’ala –berbeda dengan Ar Rahim yang terkadang diberikan kepada makhluq seperti ketika Allah menjelaskan bagaimana kasih Rasulullah sw kepada kaum beriman ; wa kaana bil mu’minina rahima.

Itulah sebabnya, Ar Rahman secara khusus disebut dalam perintah berdo’a kepada Allah ;

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (Al Isra’ :110)

Tidak dibenarkan siapapun menyebut dirinya sebagai Ar Rahman sebab ia adalah kekhususan Allah Ta’ala. Maka ketika si nabi palsu Musailamah menyebut dirinya sebagai rahman al yamamah (sang rahman-nya wilayah Yamamah), Allah Ta’ala memberinya label yang akan terus abadi hingga akhir zaman ; Al Kadzdzab (sang pendusta). Hingga kini, siapapun yang menyebut nama Musailamah hampir tidak pernah lupa menggandengkannya dengan Al Kadzdzab. Berdasarkan penjelasan ini, maka kita dapat memahami mengapa dalam kalimat basmalah, nama Ar Rahman didahulukan daripada nama Ar Rahim. Sebab nama Ar Rahman lebih mulia dibandingkan dengan nama Ar Rahim.

Khasiyat/Khasiat/Rahasia Bismillah: Menyempurnakan sebuah perbuatan dalam Barokahnya, sebagaimana yang disinggung dalam hadits:

«كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم اللـه فهو أبتر»

“Setiap perkara yang bagus yang tidak dimulai dengan Bismillah, maka perkara itu dianggap kurang”. #bisham

943 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page