Salah satu gerakan yang dibentuk oleh KH.Wahab Hasbullah sebelum lahirnya NU selain Nahdlatu Wathan dan Tafswirul Afkar adalah Nahdlatu Tujjar (Kebangkitan pedagang).Nahdlatut Tujjar lahir sebagai ekspresi para ulama di tiga jalur strategis Jawa Timur saat itu, yaitu Surabaya, Kediri, dan Jombang dan didorong oleh dua faktor penting. Pertama, para ulama kebanyakan belum banyak berbuat dalam upaya pemberdayaan rakyat.Padahal, kemiskinan dan kemaksiatan sudah sampai pada tahap yang sangat memprihatinkan kala itu.Kedua, kolonialisme Belanda sudah merontokkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, termasuk tradisi perdagangan.
Proses lahirnya Nahdlatut Tujjar diprakarsai oleh 45 saudagar santri yang berada di tiga jalur strategis di Jawa Timur. Di antara 45 orang pendirinya, hanya ada dua tokoh ulama yang sangat disegani, yaitu KH.Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah, sementara yang lainnya adalah para saudagar santri biasa yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk mengangkat kualitas kehidupan masyarakat di satu sisi, dan memerangi kolonialisme yang telah melahirkan aneka bentuk eksploitasi dan penindasan di sisi lainnya.
Dari hasil pelacakan sejarah di Surabaya perekonomian telah maju melampaui daerah daerah lain. Dari sini diketahui bahwa: Pertama, sejak tahun 1612, Surabaya sudah menjadi kota perdagangan. Selain itu, Surabaya dikenal sebagai kota pelabuhan dan industri yang multi-etnis. Dalam laporan Kolonial Verslag, pada akhir tahun 1830-an, Madiun telah ikut meramaikan pasar keresidenan Surabaya yang kala itu dikendalikan oleh Cina dengan menjual 3.335 ton beras pertahun. Kedua, Kediri adalah kota tua, dan pernah menjadi saksi runtuhnya kerajaan-kerajaan besar di Jawa. Secara umum, masyarakat Kediri memiliki ciri-ciri religius, paternalistik, dan memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi. Dalam konteks perdagangan, Kediri sama maraknya dengan Surabaya, sebagai akibat dari kian banyaknya permintaan barang di tengah kondisi perdagangan yang sebagian dikuasai orang-orang Cina. Artinya, sebagaimana Surabaya, Kediri juga memiliki peran yang tidak kecil dalam hal perdagangan. Ketiga, secara administratif, Jombang baru didirikan pada tahun 1910, meskipun eksistensinya sudah ada sejak tahun 1880 .Seperti yang diketahui, kabupaten Jombang merupakan daerah yang dikenal kaya pesantren berikut dengan para ulamanya.Karena itu, tidak heran jika para pendiri Nahdlatut Tujjar sebagian besar adalah para ulama yang berasal dari kabupaten Jombang.
Berkaitan dengan pendirian Nahdlatut Tujjar ini, KH.Hasyim Asy’ari menguraikan tentang problem-problem keumatan yang terkait erat dengan soal ekonomi.KH.Hasyim Asy’ari kemudian memelopori dan menuntut kepedulian para ulama, karena merekalah pemimpin dan teladan umat. Apabila basis-basis dan simpul-simpul kemandirian ekonomi tidak dibangun, selain para ulama telah berdosa, bangsa ini juga akan terus terpuruk dalam kemiskinan, kemaksiatan, dan kebodohan akibat dari kuatnya pengaruh kolonial. Dampak yang paling nyata adalah pergeseran orientasi dari fiddunya hasanah (harapan akan kebaikan dunia) ke fil akhiroti hasanah (harapan akan kebaikan akhirat). Dengan pergeseran semacam itu, banyak saudagar muslim yang tidak lagi memiliki etos kerja dan kepedulian sosial.
Yang tidak kalah menarik sejak awal pendiriannya, Nahdlatut Tujjar ternyata telah mengenal dan menerapkan manajemen organisasi modern.Pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja, di mana ada para pendiri, kepala perusahaan, direktur, sekretaris, marketing, dan pengawas keliling sudah dipraktikkan di Nahdlatut Tujjar.KH.Hasyim Asy’ari dipilih sebagai kepala perusahaan dan mufti (semacam komisaris), KH.Wahab Hasbullah sebagai direktur perusahaan, H. Bisri sebagai sekretaris perusahaan, dan Syafi’i sebagai marketing sekaligus pengendali perusahaan.
Selain itu, konsep investasi usaha juga mengemuka dalam bentuk sederhana, yang di era sekarang dikenal dengan profit share.Pembagian keuntungan 50% menjadi kesepakatan bersama, tetapi masih boleh dikembalikan untuk memperkuat modal.Dengan begitu, Nahdlatut Tujjar didirikan bukan hanya untuk membangun basis perekonomian para ulama, melainkan menjaga tradisi perdagangan yang sudah ada sejak sebelum datangnya kolonial dan turut menciptakan pasar sendiri di daerah Surabaya, Kediri, dan Jombang.Lebih dari itu, Nahdlatut Tujjar juga memiliki cita-cita ideal untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan, kemaksiatan, dan kebodohan.
Dalam ekonomi Islam, bahwa pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) akan sangat mempengaruhi keimanan dan keislaman seseorang. Hal ini dikarenakan bagaimana mungkin orang dapat beribadah dengan khusuk jika dalam kondisi kelaparan, dan serta keterbatasan. Dengan terpenuhi basic neednya, maka kualitas keimanan dan keislamannya juga akan makin meningkat. Rosulullah sebenarnya juga telah memberikan suri tauladan dalam pengembangan ekonomi melalui aktivitas bisnis Rosulullah sejak beliau kecil.
Sayang seribu sayang, konsentrasi dalam mengembangkan dan memajukan ekonomi keumatan, kalah gaungnya dibandingkan dengan orientasi Politik dikalangan umat Islam.Banyak elite yang menjadi pengurus karena ingin mendapatkan jabatan politik baik di tengah masa jabatannya maupun sesudahnya. Misalnya menjadi ketua ormas tertentu karena berniat ikut dalam pemilihan presiden atau wakil presiden, atau jabatan-jabatan politik lain di bawahnya seperti gubernur/wagub atau bupati/wabup. Ormas pun sering menjadi kendaraan politik, atau banyak orang bilang ormas terkadang lebih politis dari partai politik.
Orientasi seperti itu sebenarnya tidak menjadi masalah jika selama menjadi pemimpin ormas ia bisa fokus dan serius mengembangkan sebagai gerakan ekonomi dan pendidikan, tidak hanya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial atau pamer kekuatan (show of force). Sebab, selama dua sektor itu tidak tergarap dengan baik, maka tradisi ulama yang sudah sangat kokoh bisa mengalami proses degradasi yang tidak terkendali dan persoalan saat ini atau di masa depan akan tetap sama dengan persoalan yang dihadapi pada tahun 1950-an: minimnya sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan yang kurang layak.
Untuk itu, ormas ormas keislaman perlu didorong untuk secara khusus memperhatikan sector pertanian, perdagangan dan perusahaan-perusahaan yang dapat menopang ekonomi warga dan selaras dengan kepentingan agama.Hal inilah yang belum tergarap secara maksimal.
Melalui Bisham inilah, mari kita menjadikan apa yang terjadi dalam sejarah berdirinya Nahdlotut tujjar menjadi motivasi bagi seluruh komponen masyarakat untuk memulai mengembangkan sector Ekonomi dan Pendidikan secara lebih maksimal.